Sabtu, 23 Mei 2009

Merengkuh cinta dalam buaian

"Bercermin pada sketsa hari-hari Abu Aufa, menghadiahi kita percik-percik cinta yang memantik fajar harapan. Sebuah pemotretan manis dari seorang musafir kehidupan, bingkisan buat jiwa yang setia meniti jalan cinta-Nya." [Amatullah Shafiyyah, penulis]


Semilir angin menyapa lembut. Berhembus menabuh daun, ranting kecil pepohonan pun menari meliuk-liuk. Di langit, sinar mentari menelusup dari balik awan yang bergelayut. Menyapa ramah, kemudian mendekap hangat penghuninya.

Musim semi memang telah tiba. Tsukushi dan sumire juga tampak bermunculan di sela rerumputan. Kembali, ketakjuban bagi jiwa telah dibentangkan bahwa alam semesta turut tunduk dan patuh pada peran dalam setiap lakon-Nya. Di permukaan tanah, beragam bunga liar lain berpadu menghamparkan permadani indah. Sejuk mata memandang, jiwa seakan tak lagi dahaga.

Duhai...
Lihatlah pula sakura yang merekah di mana-mana. Kelopaknya berwarna putih, sedikit dihiasi semburat merah muda. Setiap tangkai itu sarat dipenuhi kuntum bunga hingga tampak berjuntaian ingin mencumbu tanah. Ketika angin menggodanya, ia pun menggeliat manja.

Sakura di musim semi memang selalu menebar pesona. Kehadirannya tak pernah lupa dinantikan jutaan manusia di negerinya. Seperti biasa mereka duduk berkelompok di bawah pohon, seraya menikmati keindahannya. Bahkan, tak peduli waktu siang atau malam. Tak jarang pula banyak yang bernyanyi-nyanyi atau sekedar mengabadikan kecantikannya

Namun, walaupun bunga sakura indah menawan, usianya tak pernah panjang. Satu persatu kelopaknya akan jatuh berguguran. Hanya berkisar selama dua pekan, punah lah semua. Pohonnya akan penuh daun saat musim panas, kemudian rontok ketika musim gugur menjelang. Sepanjang musim dingin, hanya dahan dan rantingnya yang tersisa. Sakura akan mekar ketika musim semi kembali tiba.

Subhanallah...
Maha suci diri-Mu ya Allah. Kau ciptakan sakura yang indah karena Engkau-lah Sang Pemilik Keindahan.

Dan, bukankah sebuah fitrah pula bahwa manusia menyukai segala yang indah. Rasa ini akan membuahi putik-putik kasih, kemudian merekah menjadi bunga cinta yang bersemi di hati.

Dari rasa cinta yang fitri itu pula tercipta sebuah karya anyar Abu Aufa dengan Penerbit Pena-Jakarta, SAPA CINTA DARI NEGERI SAKURA. Ia yang dhaif akan mengajak kita untuk selalu bersama mengasah nurani agar senantiasa peka atas jati diri ini. Merundukkan hati, berharap agar hidup dapat berjalan sesuai dengan harmoni.

Ia pun ingin menyapa dengan cinta yang tak hanya tersirat pada tebaran kata seorang pujangga, atau selarik tembang asmara. Karena, bukankah cinta yang demikian akan usai bila telah tiba waktunya?

Baginya, cinta hakiki itu lahir dari hati yang merunduk pasrah, seraya meratakan kening pada hamparan sajadah. Meneteskan air mata kerinduan serta tak pernah lelah merengkuh dari Sang Pemiliknya.

Wallahu a'lamu bish-shawaab.

Catatan:
- Tsukushi: sejenis rumput yang muncul ketika musim semi tiba, batangnya tegak dan menggelembung di bagian atas
- Sumire: bunga kecil berwarna ungu yang juga akan terlihat di sela rerumputan saat musim semi menjelang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar